7 Tahun Kumpulkan Sampah, Pasangan Suami Istri Warga RT 55 Naik Haji

BALIKPAPAN– Siapa sangka, sampah yang sering kali dipandang sebelah mata ternyata bisa membawa berkah tak terduga. Inilah kisah inspiratif dari pasangan suami istri warga RT 55, Balikpapan. Ia berhasil mewujudkan impian mereka untuk naik haji berkat ketekunan mereka dalam mengumpulkan dan mengelola sampah. Selama 7 tahun, mereka konsisten menabung dari hasil pengelolaan sampah melalui program Bank Sampah yang diinisiasi oleh warga setempat.

Program ini tidak hanya membantu menjaga kebersihan lingkungan, tetapi juga mengubah sampah menjadi sumber penghasilan yang berkelanjutan bagi warga. Ketua RT 55, Prayitno, yang juga menjadi penggerak utama program ini, bercerita tentang langkah besar yang diambil komunitas untuk mengurangi sampah dan meningkatkan kesejahteraan warga.

Awal Mula Program Bank Sampah. Prayitno menjelaskan bahwa program Bank Sampah ini sudah berjalan sejak tahun 2012. Di bawah komandonya, warga diwajibkan untuk mengumpulkan sampah, baik organik maupun non-organik. Sampah-sampah yang terkumpul kemudian diolah dan dijual,.

“Saya sendiri yang memimpin warga untuk mengumpulkan sampah. Setiap bulannya, sampah-sampah tersebut kami kirim ke Surabaya untuk diproses lebih lanjut,” ungkap Prayitno.

Ia menambahkan, program ini juga mendapat dukungan penuh dari Proklim (Program Kampung Iklim) yang bekerja sama dengan Pertamina. “Kami bekerja sama dengan Pertamina untuk menggerakkan program ini. “Pertamina juga berperan penting dalam memberi dukungan, baik dari sisi edukasi maupun pendampingan teknis, dan membantu memasarakan beberapa produk kami,” ujarnya.

Dari Sampah Menjadi Berkah. Sampah-sampah yang dikumpulkan warga berupa sampah non-organik seperti kardus, botol plastik, serta sampah organik yang diolah lebih lanjut. Menurut Prayitno, kardus dan botol plastik menjadi barang yang paling laku dijual. “Harga kardus bisa mencapai Rp1.400 per kilogram, sedangkan botol plastik kecil sekitar Rp2.400 per kilogram. Jika kotor, harganya bisa turun menjadi Rp1.400 per kilogram,” jelasnya.

Dalam sebulan, kami mampu mengumpulkan banyak sampah dari seluruh warga RT 55. “Sampah plastik adalah yang paling banyak kami kumpulkan, dan program ini sudah berjalan sangat baik. Berkat program Bank Sampah ini, kami bahkan pernah diundang oleh Presiden tahun 2010 yakni Bapak SBY Susilo Bambang Yudhoyono, sebagai apresiasi atas upaya yang kami lakukan untuk lingkungan,” tambahnya.

Prayitno terus melakukan edukasi dan pemberdayaan komunitas. Program Bank Sampah ini tidak hanya berhenti pada pengumpulan sampah semata. Prayitno juga menekankan pentingnya edukasi dan pemberdayaan komunitas. Mereka sering mengadakan kegiatan edukasi tentang pentingnya menjaga lingkungan kepada anak-anak sekolah di Balikpapan. “Kami mengajak anak-anak sekolah untuk ikut serta dalam kegiatan ini, terutama dalam momen-momen penting seperti peringatan Hari Lingkungan Hidup. Selain itu, kami juga mengadakan program edukasi seperti hidroponik dan pengelolaan magot yang bisa menjadi sumber penghasilan tambahan bagi masyarakat,” ujarnya.

Komunitas ini juga memanfaatkan magot untuk keperluan sendiri, terutama sebagai pakan ikan lele dan gabus yang mereka pelihara di kolam-kolam yang telah kami buat. Ke depannya, magot ini direncanakan untuk dijual agar menambah pendapatan warga. Selain itu, komunitas ini juga berhasil mengembangkan Taman Kreatif Tugu Proklim, yang menjadi ruang terbuka hijau sekaligus pusat kegiatan lingkungan.

Program Bank Sampah di RT 55  melalui program CSR (Corporate Social Responsibility). Lifania Riski Nugrahani, Junior Officer I CSR & SMEPP PT KPI Unit Balikpapan, mengatakan bahwa Pertamina berkomitmen untuk membantu masyarakat dalam pengelolaan sampah dan menjaga kelestarian lingkungan. “Kami mendukung program ini dengan memberikan fasilitas dan pendampingan melalui tim fasilitator kami. Kami juga mendengar dan menanggapi keluhan dari kelompok mitra kami agar program ini dapat berjalan dengan baik,” jelasnya.

Selain itu, Pertamina juga berperan dalam mempromosikan produk kerajinan tangan dari  sampah plastik dari warga RT 55. Comtohnya, Pertamina sering membeli produk kerajinan tangan dari plastik bekas, seperti tas keresek, yang dijual dengan harga Rp35.000 per tas. “Kami juga sering melibatkan warga dalam pameran produk olahan, dan tahun depan kami berencana untuk melakukan upgrading agar produk yang dihasilkan bisa lebih berkualitas dan memiliki daya saing tinggi,” tambah Lifania.

Keberlanjutan Program dan Dampak Positif. Program Bank Sampah ini telah berjalan selama lebih dari satu dekade dan memberikan dampak positif yang signifikan bagi lingkungan dan ekonomi warga. “Dengan adanya program ini, jumlah sampah yang dibuang ke lingkungan dapat berkurang secara signifikan. Dari yang tadinya 1.900 kilogram per bulan, sekarang bisa turun hingga 500 kilogram per bulan,” kata Prayitno.

Selain itu, program ini juga memberikan penghasilan tambahan bagi ibu rumah tangga yang terlibat dalam pengelolaan sampah. Mereka dapat memanfaatkan waktu luang untuk menghasilkan kerajinan tangan dari sampah plastik, yang kemudian dijual sebagai produk bernilai ekonomis. Pertamina juga memberikan dukungan finansial secara bertahap untuk memperkuat program ini, dengan total dana yang disalurkan mencapai Rp275 juta selama empat tahun.

Melalui berbagai program pendampingan, warga RT 55 berharap dapat terus mengembangkan program Bank Sampah ini. Total di Balikpapan sudah ada 100 bank sampah yang tersebar, harapannya tentu bisa mengurangi sampah-sampah yang ada di Balikpapan.(oki)

Related posts