Mengenal Berbagai Jenis Surat Utang dan Sukuk

Jakarta – Saat ini, banyak investor tertarik pada instrumen investasi di pasar modal, terutama obligasi dan sukuk, sebagai alternatif investasi selain saham. Surat utang atau obligasi adalah dokumen berharga yang berisi janji dari penerbit untuk membayar kupon atau bunga serta pokok utang kepada pemegang obligasi. Instrumen ini diperdagangkan di pasar modal, termasuk Bursa Efek Indonesia (BEI), dengan pemegangnya disebut investor.

Surat utang dapat diterbitkan oleh pemerintah, seperti Surat Utang Negara (SUN), yang berjangka waktu bisa mencapai 30 tahun atau lebih, baik dalam mata uang rupiah maupun asing seperti dolar AS. Contohnya adalah seri RI0153 dengan jatuh tempo pada tahun 2053 senilai US$ 750 juta. Di samping SUN, ada juga Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau sukuk, yang diterbitkan menggunakan prinsip syariah.

Pemerintah baru-baru ini menerbitkan tujuh seri SBSN baru, seperti SPNS 02022025 dan PBS 032, yang menarik minat investor institusi seperti dana pensiun dan perusahaan asuransi karena denominasi yang besar. Namun, untuk investor individu atau ritel, pemerintah menerbitkan ORI (Obligasi Ritel Indonesia) dan Sukri (Sukuk Ritel) dengan denominasi lebih terjangkau, seperti ORI024 dan SR 20T3.

Investor dapat memperoleh keuntungan dari surat utang berupa kupon periodik dan potensi capital gain saat harga surat utang naik di pasar sekunder. Risiko dan return dari surat utang bervariasi, tergantung pada rating dan kondisi keuangan penerbitnya. Lembaga pemeringkat seperti PEFINDO memberikan rating mulai dari AAA (atau setara) hingga D, dengan D mengindikasikan default atau gagal bayar.

Selain oleh pemerintah, surat utang juga diterbitkan oleh perusahaan swasta dan BUMN untuk keperluan pendanaan seperti ekspansi usaha atau pembayaran utang. Contoh obligasi korporasi di pasar modal Indonesia antara lain dari ADHI Commuter Properti, Adira Finance, Angkasa Pura II, dan Bank BRI.

Dalam memilih investasi surat utang atau sukuk, penting bagi investor untuk memahami risiko dan melihat rating serta kinerja keuangan penerbit. Perhatian terhadap kondisi pasar dan regulasi juga krusial untuk mengoptimalkan potensi return investasi dalam jangka panjang.

Related posts