Momentum Hari Pahlawan menjadi hari bersejarah bagi Pertamina. Pada tanggal 10 November 2025, Pertamina resmi memulai pengoperasian awal Unit Residual Fluid Catalytic Cracking (RFCC) Complex di Kilang Balikpapan, sebagai bagian dari tahapan start-up unit utama Proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan.
Langkah ini menandai babak baru dalam upaya modernisasi kilang nasional sekaligus memperkuat kemandirian energi Indonesia. Unit RFCC merupakan inti dari proyek peningkatan kapasitas dan efisiensi Kilang Balikpapan, yang berfungsi mengolah residu minyak mentah menjadi produk bernilai tinggi seperti bensin, LPG, dan propilen dengan standar emisi setara Euro V.
“Pengoperasian awal ini menjadi simbol semangat juang di Hari Pahlawan, karena proyek RDMP Balikpapan adalah bentuk nyata perjuangan energi untuk bangsa,” ujar Pjs Corporate Secretary PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Milla Suciyani dalam keterangan tertulisnya. “Kami memohon doa agar seluruh tahapan start-up berjalan aman, lancar, dan memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi negeri,” tambahnya.
Kegiatan doa bersama digelar di area Kilang Balikpapan dan dihadiri oleh Komisaris Independen PT Pertamina (Persero), Komisaris Independen PT KPI, jajaran Direksi PT KPI dan PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB), serta para pekerja. Sebagai ungkapan rasa syukur, Pertamina juga menyerahkan santunan kepada 11 penerima manfaat yang terdiri dari tempat ibadah lima agama, lembaga sosial anak, lembaga kesejahteraan lanjut usia, perkumpulan penyandang disabilitas, serta Lembaga Veteran.
Proyek RDMP Balikpapan merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan nilai investasi mencapai 7,4 miliar dolar AS atau sekitar Rp120 triliun. Proyek ini dijalankan oleh PT KPI melalui PT KPB dan menjadi proyek modernisasi kilang terbesar di Indonesia serta salah satu yang paling strategis di Asia Tenggara.
Milla menjelaskan, proyek RDMP akan meningkatkan kapasitas pengolahan kilang dari 260.000 menjadi 360.000 barel per hari, menghasilkan tambahan produksi gasoline, diesel, avtur, dan LPG yang seluruhnya memenuhi standar Euro V. “RDMP Balikpapan juga akan menambah kapasitas produksi LPG hingga 336 ribu ton per tahun, menjadikannya penggerak utama program transisi energi bersih di Indonesia,” katanya.
Secara ekonomi, proyek ini diharapkan menghemat impor BBM hingga Rp68 triliun per tahun dan memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional sebesar Rp514 triliun. Selain itu, proyek ini memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) lebih dari 35 persen dan telah menyerap lebih dari 24.000 tenaga kerja pada masa puncak konstruksi.
“Selain memperkuat struktur energi nasional, RDMP Balikpapan juga membawa dampak sosial positif bagi masyarakat sekitar melalui pembangunan infrastruktur, pemberdayaan ekonomi lokal, dan berbagai program CSR di bidang pendidikan, kesehatan, serta lingkungan,” tutup Milla.






